Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya.
-Kahlil Gibran-
29 September 2017.
Saat itu adalah momen yang membahagiakan. Bagiku, pun bagi orang-orang yang
melihatnya. Menjadi juara 1 lomba video Dari UNNES untuk Indonesia. Dan hadiah
diserahkan langsung oleh rektor Universitas Negeri Semarang.
Para dosen dan
teman-teman terus mengucapkan selamat, katanya
atas segala kemudahan yang saya dapat. Ya, orang lain hanya akan melihat hasilnya,
namun tidak pada segala pahit yang saya alami. Juara 1 video Dari UNNES untuk
Indonesia hanyalah sejengkal jalan dari ribuan langkah yang telah saya lalui.
Jatuh bangun akan terus mengiringi setiap perjalanan.
Saya lahir dari
keluarga sederhana. Bapak ibu saya seorang petani. Rumah kami jauh dari kota,
bahkan di daerah pegunungan. Tidak terbiasa makan makanan mewah, tidak terbiasa
liburan, tidak pernah sekalipun merayakan ulang tahun, dan jauh dari istilah
foya-foya. Saya diharuskan selalu bangun pagi sebelum ayam jago berkokok. Seberat
apapun kehidupan, semoga Tuhan menolong orang-orang yang berusaha disiplin
bangun pagi. aamiin.
Lima tahun sudah
saya belajar film dan video sejak mengambil jurusan multimedia di SMK Negeri 1
Kebumen. Pertama kali saya belajar film bergenre dokumenter. Bukan berjuang namanya
jika tidak terasa berat. Take film diguyur
hujan, tiba-tiba harus take di bawah teriknya
matahari, masih menggunakan kamera HD yang beratnya lumayan bikin tangan pegel, pulang ketinggalan angkot
terakhir yang mengarah ke desa, sering jalan kaki berkilo meter karena tidak
punya kendaraan bermotor, bahkan tidur hanya sejam dua jam setiap harinya.
Saya perempuan, saya orang lapangan, dan saya terus membuktikan bahwa perempuan tidaklah lemah.
Sebagai perempuan,
kita harus memiliki kecerdasan, kemampuan, dan keahlian yang siap menjadi jalan
masa depan. Mungkin bagi sebagian orang, saya patut dikasihani dengan segala
kesusahan yang saya hadapi. Namun bagi saya kesusahan mengantarkan sampai
menjadi saya yang sekarang. Dan menginspirasi orang lain adalah bonusnya.
Hobi saya di
bidang video dan film terus saya asah. Belajar dari alam, lingkungan, keluarga,
bahkan secara otodidak saya selalu siap menjalaninya. selain dari SMK, saya
juga belajar film di komunitas film Sangkanparan Cilacap, mengikuti workshop-workshop
film baik lokal maupun nasional, dan mengikuti berbagai festival. Puluhan film
telah saya produksi bersama teman-teman sehobi. Beberapa posisi selalu saya
pelajari : sutradara, asisten sutradara, kameramen, behind the scene, scriptwriter,
bahkan manusia dengan kehidupan sederhana.
Juara 1 Lomba Film
Pelajar Tingkat Kabupaten Kebumen 2015. Finalist The 9th Documentary
Days 2015, Jakarta. Juara 3 Festival Film Dokumenter Kebumen 2015 dalam rangka
HUT 80 Kebumen. Ilustrasi Musik Terbaik ajang Youth Sineas Award 2016, Denpasar
Bali. Juara 3 Iklan Layanan Publik Pemkot Semarang, finalis Oengoe Cinema Club
2017, dan Juara 1 Lomba Video dari UNNES untuk Indonesia.
Sekarang saya merupakan
mahasiswi semester 5 di Universitas Negeri Semarang (UNNES), jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan dengan konsentrasi multimedia. Sejak menjadi bagian dari UNNES,
saya memfokuskan diri dibidang scriptwriter dan story idea. Bagi saya, berkarya adalah keharusan. Kegiatan saya di luar
jam kuliah hanya seputar film dan video. Sebagian partner video saya adalah
laki-laki, jadi sebisa mungkin kerja saya harus menyeimbangi laki-laki, langkah
saya harus secepat laki-laki, dan ide video saya tidak boleh kalah dari
laki-laki.
 |
| Bersama kedua kawan saya setelah selesai take film pendek Melawan Nasib di Kendal, Jawa Tengah |
Saat hari libur,
teman-teman kuliah berbondong-bondong pulkam
alias pulang kampung. Berbeda dengan saya, saya adalah salah satu mahasiswa
yang jarang sekali pulang ke rumah. Bukan karena tidak rindu keluarga,
melainkan saya sadar betapa pentingnya melawan nikmat liburan demi masa tua
nanti.
Beberapa waktu lalu
saat libur semester tiba, dalam waktu seminggu saya bolak-balik Semarang – Magelang
selama hampir seminggu. Kebetulan saat itu cuaca sedang tidak menentu,
tiba-tiba hujan, tiba-tiba panas. Alhasil saya jatuh sakit dan tidak bisa
bangun dari tempat tidur. Butuh waktu lama untuk pemulihan, sekaligus butuh
waktu lama untuk berkarya lagi.
Saya perempuan,
saya orang lapangan, dan saya sakit-sakitan. Yes, that is my real life. Saya sering sekali merasakan flu, demam,
sakit kepala, sampai bersin pun bisa berkali-kali jika dibandingkan dengan
kebanyakan orang bersin. Padahal saya bergabung bersama komunitas film di
kampus yaitu Youth Creativity, artinya saya harus banyak berkegiatan di
lapangan. Baik mendokumentasikan acara di lapangan maupun indoor. Eiiittsss, untungnya saya menemukan solusi terbaik untuk
melancarkan kegiatan saya.
 |
| Picture by : SunKebumen |
Dengan menyelipkan
Mixagrip Flu di tas kamera, sampai sekarang saya selalu siap berkarya sebagai
perempuan masa kini. Ya doong! Walaupun
perempuan, kita harus tetap berkarya. Walaupun sakit-sakitan, pasti ada
solusinya. Karena dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan. Sebaliknya, orang
yang pesimis, apapun hambatannya pasti akan selalu dijadikan sebagai alasan
untuk tidak maju.
So, jangan
tanyakan pada orang lain apa yang sudah mereka berikan kepada kita, tapi
tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kita berikan sebagai anak, sebagai
perempuan, sebagai mahasiswa, ataupun sebagai generasi bangsa.
Dan saya yakin, saya
akan menuai apapun yang saya tanam. Tidak perlu mengeluh atas kegagalan yang
ada. Tapaki setiap jengkal waktu, syukuri. Bukan minta diringankan pada Tuhan,
tapi mintalah dikuatkan untuk bisa menghadapi semuanya.
